Rabu, 19 November 2014

Senja terlihat begitu suram, saat ku lewati daerah persawahan yang membentang bagai samudra yang tak ber ujung. Kini awan gelap mulai menutupi langit sore yang tampak semakin pudar. Ku kayuh sepeda tua peninggalan noni-noni belanda milik kakeku. Namun aku tetap terdiam bagai larut dalam gulungan gulungan awan yang berlarian, mengharapkan tempat yang semakin sempit di padang samudra. Hatiku tak menentu memikirkan betapa inginnya aku lekas sampai di gubuk tempat ku mencurahkan segala keluh kesah dan rasa letih yang menyeruak dalam diriku. 
Kini mataku tlah dapat melihat gubuk tua yang kutuju. Rasa sepiku kini tlah berubah, kegembiraan kini menggelayut ke dalam tubuh ku bagai diterpa angin yang begitu sejuk. Ku sandarkan sepeda tua peninggalan kakeku di serambi rumah peninggalan orang tuaku. " Akhirnya sampai juga. " ujarku penuh kelegaan..


By :AS
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar